Berita

Awalnya Dicibir, Inilah Hi Trash, Aplikasi Antar Jemput Sampah Ciptaan Mahasiswa – Mongabay.co.id

Clicky

 
Aplikasi apa sih, penting banget apa? Kalimat semacam itu dikatakan sejumlah orang. Mereka mencibir mengenai aplikasi yang diciptakan oleh Eliza Tyas Damayanti, mahasiswi tingkat akhir Teknik Informatika, Institut Teknologi (IT) Telkom, Purwokerto, Jawa Tengah.
“Pada awal ada ide untuk membuat aplikasi, banyak yang mencibir. Aplikasi apa sih itu, memang penting, dan lainnya. Dari sinilah, saya justru tertantang untuk membuktikan, bahwa aplikasi ini penting. Karena itulah, sejak awal saya serius melakukan develop sebuah aplikasi yang tujuannya adalah pengelolaan sampah,”ungkap Eliza pada Selasa (18/2/2020).
Sebelum memulai menciptakan aplikasi itu, Eliza tertarik dengan isu persampahan di Banyumas. “Saya mendengar dan membaca berita, kalau sejumlah tempat pembuangan akhir (TPA) sampah ditutup. Dengan kondisi itulah, sejak Mei 2019, saya memutuskan untuk membuat aplikasi penanganan sampah. Nah, idenya adalah bagaimana mempertemukan antara penghasil sampah atau masyarakat dengan mereka yang biasa membeli sampah atau pengepul,”ungkapnya.
baca : Warga Gugat Pemkab Banyumas Soal TPA Sampah, Mengapa?
 
 
Mahasiswi Teknik Informatika itu kemudian mengeksekusi idenya dengan men-develop aplikasi, bernama Hi-Trash. Dengan aplikasi itu, maka pengepul sampah yang biasanya berkeliling, tinggal memanfaatkan aplikasi. Di sisi lain, masyarakat penghasil sampah di rumah-rumah, bisa mengunduh aplikasi agar sampahnya dapat diambil oleh pengepul.
Mengapa memilih aplikasi, karena saat ini hampir semua orang menggunakan telepon pintar berbasis android. Sehingga, setiap orang atau keluarga dapat mengunduh aplikasinya agar sampahnya dapat diambil.
Ide yang dieksekusi menjadi aplikasi itu ternyata menarik perhatian. Sehingga ketika proposal diajukan ke Kementerian Ristek Dikti dan disetujui. “Saya mendapat alokasi anggaran Rp18 juta untuk pengembangan aplikasi Hi Trash dan penerapannya. Selain itu, saya juga mengajukan proposal di Pagelaran Mahasiswa Teknologi Komunikasi dan Informatika (Gemastik) 2019. Meski belum menjadi pemenang, tetapi aplikasi Hi Trash mampu menembus 10 besar, dari 4 ribu proposal yang masuk,”jelasnya.
Prestasi yang diraih Eliza itu menjadi jawaban atas nyinyiran sejumlah orang. “Inilah pembuktian. Karena sebelumnya, banyak yang mencibir. Justru hal itu menjadi pemicu saya untuk membuktikannya,”ungkapnya.
baca juga : Pengelolaan Sampah Berbasis Aplikasi, Seperti Apa?
 
 
Dalam praktiknya, aplikasi itu sudah tersedia dan mudah diunduh di playstore. Jangkauannya masih terbatas di Kota Purwokerto. Menurut Eliza, sejak diluncurkan, aplikasi Hi Trash telah diunduh setidaknya 90 pengunduh. Ia mengakui, dari jumlah tersebut tidak seluruhnya aktif menggunakannya. “Baru ada 22 orang yang aktif memakainya. Yakni untuk meminta penjemputan sampah ke rumah-rumah mereka,”ujarnya.
Sebetulnya, lanjut Eliza, dengan aplikasi ini, idealnya antara pengepul sampah dan penghasil sampah bisa saling berinteraksi. “Tetapi, karena aplikasi masih baru, maka kami harus melakukan sosialisasi. Sehingga kami saat sekarang membentuk semacam unit usaha. Yakni Hi Trash. Saya sebagai Founder dan CEO-nya. Usaha ini bergerak untuk mengambil sampah yang ada di rumah-rumah warga. Sebab, sejauh ini belum ada pengepul yang langsung mengambil sampah. Oleh karenanya, kami berinisiatif untuk melakukan pengelolaan sampah juga, setelah ada aplikasi Hi Trash,”tambahnya.
Kini, Eliza tidak sendiri. Dengan adanya unit usaha Hi Trash, ada enam teman lainnya yang kini bergabung. “Dana dari Ristek Dikti senilai Rp18 juta itu tidak hanya digunakan untuk membangun aplikasi, tetapi juga dipakai untuk menyewa sebuah rumah sederhana sebagai tempat pengumpul sampah di Wiradadi, Kecamatan Sokaraja, Banyumas. Saya kerap ikut juga menjemput sampah. Ada juga yang bertugas sebagai admin dan pengelola sampah untuk dijual. Jadi, kami menjemput sampah tidak dibayar, malah kami membayar senilai Rp1.500 hingga Rp2.000 untuk sampah plastik,”ujarnya.
Sebagai awalan, Hi Trash memang masih sebatas membeli sampah plastik. Itu pun masih dikumpulkan untuk disetor ke pengepul besar. “Kami memang hanya menerima sampah plastik kering. Ini sekaligus juga sebagai bagian dari edukasi yang kami lakukan. Sebab, dengan syarat semacam itu, maka mau tidak mau masyarakat akan berusaha memilah sampah dari rumah,”katanya.
menarik dibaca : Inilah Gringgo, Aplikasi Android Pengelolaan Sampah di Bali
 
 
Edukasi yang dilaksanakan juga tidak gampang, karena warga di rumah harus mulai disiplin untuk memilah sampah organik dan anorganik. “Inilah tantangannya, karena kami juga harus terjun langsung ke masyarakat untuk melakukan pembicaraan dengan mereka. Salah satunya, kami tengah menjalin kerja sama dengan ibu-ibu di sekitar Beji, Kedungbanteng soal sampah ini. Kami juga telah memberikan reward kepada mereka yang menjadi pelanggan Hi Trash. Ya, pemberian reward-nya masih sederhana, sesuai dengan kemampuan kami, seperti goody back dan gula pasir. Tetapi ini sebagai bukti kepedulian kami kepada pelanggan,”ujarnya.
Ia sebetulnya menginginkan agar Hi Trash dapat berperan lebih sebagai pengepul besar sampah. Namun, karena keterbatasan sumberdaya dan sumberdana, maka belum dapat terealisasi. “Kami tengah menjalin penjajakan dengan pengepul besar supaya menggunakan aplikasi Hi Trash, sehingga nantinya benar-benar ada komunikasi dan interaksi antara pengepul besar dengan rumah tangga di Purwokerto. Kami akan lebih berperan sebagai penyedia layanan seperti halnya Gojek atau Grab. Tentu layanan itu akan terus disempurnakan sesuai dengan kebutuhan,”tandasnya.
Dengan aplikasi yang dibangun oleh Eliza, maka aplikasi pengelolaan sampah bertambah. Sebelumnya, ada aplikasi Salinmas yang dibangun oleh Pemkab Banyumas dan dapat diunduh masyarakat. Aplikasi Salinmas tersebut berfungsi untuk memanggil penjemput sampah dari pusat daur ulang (PDU) atau tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST).
 

  Facebook
  Twitter
  Instagram
  RSS / XML
© 2024 Copyright Mongabay.co.id

source

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button