Kecerdasan Buatan Libatkan Lintas Ilmu – kompas.id
Level penelitian dan penerapan teknologi kecerdasan buatan di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain, bahkan dengan negara tetangga.
Robot Sophia, yang didukung teknologi kecerdasan buatan, bersiap melakukan wawancara khusus dengan wartawan pada CSIS Global Dialogue, 16 September 2019, di Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS — Perguruan tinggi berbenah untuk mengembangkan teknologi kecerdasan buatan di tengah kelangkaan talenta. Beberapa universitas mempersilakan mahasiswa dari berbagai latar belakang untuk mempelajari kecerdasan buatan secara lintas ilmu.
Kalangan di perguruan tinggi yang dihubungi pada pekan lalu mengatakan, mereka berupaya meningkatkan jumlah dan kapasitas mahasiswa serta lulusannya sehubungan dengan perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Mereka melakukan perubahan kurikulum, riset, dan kemitraan.
Beberapa waktu lalu, pemerintah menyebutkan kebutuhan talenta teknologi 600.000 orang, tetapi hanya tersedia 100.000 orang per tahun. Kekurangan talenta teknologi pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 9 juta tenaga di bidang teknologi digital (Kompas, 15/2/2021).
Pembina Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer Prof Eko Indrajit mengatakan, kebijakan Merdeka Belajar episode Kampus Merdeka oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuka peluang terjadinya lintas program studi. Bahkan, perguruan tinggi dan industri dapat bersama-sama meneliti kecerdasan buatan.
Wakil Rektor Universitas Indonesia Bidang Riset dan Inovasi Nurtami mengatakan, selama tiga tahun mendatang, UI fokus menghasilkan sumber daya manusia unggul, terutama di bidang kecerdasan buatan. UI memiliki peta jalan desain proses riset kecerdasan buatan melalui Surat Keputusan Rektor UI Nomor 1738 Tahun 2020.
Infrastruktur komputasi dengan kinerja tinggi disediakan untuk mendukung riset kecerdasan buatan. Fasilitas ini bisa dipakai untuk praktik pengelolaan mahadata, kegiatan akademik, dan riset.
Guna mempersiapkan SDM di bidang kecerdasan buatan, UI memiliki program pendidikan formal dan informal. Inti keilmuan inovasi kecerdasan buatan terletak di ranah ilmu komputer. Maka, sivitas akademika di luar program studi tetap bisa mengikuti pelatihan kompetensi yang mendukung kecerdasan buatan, seperti pembelajaran mesin (machine learning) dan sains data (data science).
Inovasi kecerdasan buatan UI, di antaranya, pendeteksi Covid-19 melalui inovasi alat bernama DSS-CovIDNet. Inovasi ini dipakai untuk mengklasifikasi citra rontgen dada dalam tiga kelompok, yakni pneumonia Covid-19, pneumonia non-Covid-19, dan paru normal.
Berbagai permasalahan
Rektor Telkom University Adiwijaya mengatakan, kampus-kampus tengah mendorong mahasiswa dan dosen aktif mempelajari kecerdasan buatan. Kurikulum program pendidikan diarahkan mendukung kebutuhan talenta.
Nathania Saphira, mahasiswi Universitas Kristen Duta Wacana, pemenang kompetisi pemrograman machine learning AWS DeepRacer Women’s League Indonesia 2020.
Baca juga: Talenta Pengembang Kecerdasan Buatan yang Makin Sulit Dicari
”Kecerdasan buatan membantu menyelesaikan permasalahan di masyarakat, tak sebatas sektor telekomunikasi, tetapi juga persoalan ketahanan pangan hingga kebersihan lingkungan. Artinya, program pendidikan yang terlibat tak sebatas terkait informatika,” ujarnya.
Di Telkom University, program studi yang aktif meneliti inovasi kecerdasan buatan mencakup informatika, teknik elektro, dan rekayasa perangkat lunak. Telkom University bersiap untuk membuka program studi khusus kecerdasan buatan.
Asisten Profesor di Departemen Teknik Elektro dan Teknik Informatika Universitas Gadjah Mada, sekaligus Chair of The Institute of Electrical and Electronics Engineers System, Man, and Cybernetics Indonesia Chapter, Sunu Wibirama, mengatakan, peluang inovasi kecerdasan buatan di Indonesia terlihat dari berdirinya pusat kecerdasan buatan (AI center) di sejumlah perguruan tinggi. UGM mempunyai AI Center of Excellence yang diresmikan pada 22 Februari 2019.
AI Center of Excellence memiliki aktivitas riset, antara lain, sistem cerdas deteksi otomatis kendaraan, pengenal pelat mobil secara otomatis, dan sistem cerdas berbasis visual untuk membantu navigasi otomatis.
Robot Medical Assistant ITS-UNAIR (Raisa) yang dibuat oleh Tim Robot Institut Teknologi Sepuluh Nopember berjalan mengikuti perintah, di Surabaya, Jawa Timur, 14 April 2020. Robot yang dikendalikan dari jarak jauh dan didukung kecerdasan buatan itu bertugas melayani pasien Covid-19.
Baca juga: Pengembangan SDM Belum Imbangi Kemajuan Teknologi
Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Ayu Purwarianti, menceritakan, sejumlah riset inovasi berbasis kecerdasan buatan telah dilakukan, antara lain, sistem biometrik ucapan untuk sistem intelijen, pemonitoran media sosial Covid-19, klasifikasi hoaks, dan bot pembangkit artikel berita.
Menurut dia, meskipun penelitian kecerdasan buatan di Indonesia kini bisa disebut maju dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, level penelitian dan penerapan teknologi kecerdasan buatan di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain, bahkan negara tetangga.
Adapun Sunu berpendapat, riset kecerdasan buatan tak dapat terlaksana tanpa SDM unggul yang dibangun kompetensinya sejak pendidikan dasar. Jenjang pendidikan dasar semestinya mulai menguatkan peserta didik di bidang ilmu yang menunjang kecerdasan buatan, seperti matematika yang berhubungan dengan aljabar, kalkulus, dan statistika.
Strategi nasional
Pemerintah telah memiliki strategi besar pengembangan kecerdasan buatan hingga 2045. Hal itu terdapat dalam Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia 2020-2045 yang dikeluarkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Perguruan tinggi menjadi salah satu elemen penting untuk menyukseskan strategi.
Di dalam dokumen strategi nasional disebutkan, kelemahan Indonesia adalah himpunan data (dataset) digital yang masih berserakan. Data, baik kuantitas maupun kualitas, perlu diperbaiki untuk kebutuhan eksperimen.
Nurtami mengatakan, himpunan data digital berukuran besar yang belum tersedia menjadi masalah pengembangan kecerdasan buatan. Kumpulan data ini amat dibutuhkan untuk membangun solusi. ”Kumpulan data yang tersedia dan bisa diakses sering kali tercecer dan terpisah-pisah karena berasal dari sumber yang berbeda-beda. Umumnya tidak ada integrasi antardata akibat hambatan teknis dan nonteknis,” ujarnya.