Perkenalkan Patriot-Net, Alat Penanggulangan 4 Jenis Bencana di Indonesia
Jakarta –
Alat sensor empat bencana yakni banjir, gempa, longsor, dan tsunami sudah ada di Indonesia. Itulah PATRIOT-Net, yang merupakan singkatan dari Prevention and Recovery Networks for Indonesia Natural Disaster based on Internet-of-Things.
Direktur Pusat Unggulan IPTEK Perguruan Tinggi untuk Advanced Intelligent Communications (AICOMS) Telkom University, Khoirul Anwar bekerja sama dengan mitra industri PT FUSI Global dan pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Pemerintah Kota Padang menciptakan produk inovasi ini.
PATRIOT-Net adalah aplikasi yang bertujuan sebagai upaya pencegahan dan mitigasi bencana di Indonesia.
“Secara sederhana ini adalah aplikasi untuk kebencanaan baik sebelum dan setelahnya menggunakan IOT untuk melakukan sesing 4 jenis kebencanaan yaitu longsor, banjir, gempa, dan tsunami,” ujar Khoirul dikutip dari postingan Instagram LPDP RI, Jumat (29/9/2023).
Proyek riset PATRIOT-Net didanai oleh Dana Abadi Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI melalui Riset Inovatif dan Produktif Kompetitif (RISPRO) sejak tahun 2018. Nilai manfaat dana RISPRO LPDP yang dikeluarkan mencapai angka Rp 4,8 miliar.
Awal Mula Hadirnya PATRIOT-Net
Mengutip laman resmi LPDP, awal mula kehadiran PATRIOT-Net berhubungan dengan permintaan pemerintah Kota Padang kepada Khoirul di tahun 2014-2015. Kala itu, pemerintah minta dibelikan alat seismograf dari Jepang bernama Yurikuru.
Kebetulan saat itu, Khoirul tengah berada di Jepang sebagai peneliti di Japan Advanced Institute of Science and Technology. Seismograf asal Jepang itu diketahui cukup mahal harganya.
Dari situ, munculah ide spontan Khoirul dan menyanggupi untuk membuat alat monitoring sendiri. Dari situ peluangnya terbuka usai menerima undangan karier dari Telkom University pada tahun 2015.
Disebabkan kebutuhan dana yang sangat besar, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dipilih karena memiliki skema pendanaan riset bernama RISPRO (Riset Inovatif Produktif) dan Khoirul melakukan submit proposal penelitian permintaan dari Padang itu pada 2016.
Pada akhirnya, di tahun 2018 proses riset dan pengembangan Patriot-Net mulai berjalan dengan total pendanaan sebesar Rp 4.824.148.000 selama tiga tahun. Riset ini juga turut menggandeng PT FUSI Global Teknologi selaku produsen, sertifikasi, dan penjualan.
Selain itu, karena bermula dari permintaan pemerintah Kota Padang, Khoirul juga menggandeng Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang sebagai mitranya. Kota Padang juga dijadikan sebagai daerah pertama yang menerapkan sistem Patriot-Net.
Hasilnya mencatat ada 491 bencana alam yang berhasil dicatat baik intensitas kecil maupun besar selama tahun 2022 kemarin.
Cara Kerja Patriot-Net
Sejak 14 Februari 2023, Patriot-Net telah resmi diluncurkan dengan instrumen yang kompleks. Alat ini mengaku bisa sebagai alat mitigasi dan penanggulangan kebencanaan paling canggih dan mutakhir di Indonesia saat ini.
Terdapat dua sistem pada PATRIOT-Net, yaitu Sistem Jaringan Monitoring (SJM) dan Sistem Jaringan Pemulihan (SJP) dalam prinsip kerjanya. SJM sebagai fase tahap pertama bekerja sebagai mitigasi bencana.
Proses ini terdiri dari berbagai peralatan sensor bencana yang terhubung secara IoT ke aplikasi mobile dan web server. Pada aplikasi akan tampil informasi penting berkaitan dengan bencana yang terdeteksi alat ini yang disampaikan kepada pemerintah dan warga.
“Jadi pemerintah nanti kalau punya command center maka ini bisa di display di command center pemerintah, itu untuk yang sebelum bencana,” ungkap penemu konsep transformasi sinyal Fast Fourier Transform (FFT) itu.
Fase kedua Sistem Jaringan Pemulihan (SJP) dikenal dengan fase Mobile Cognitive Radio Base Stations (MCRBS) yang bekerja untuk mendeteksi sinyal telepon seluler korban bencana saat BTS dari operator seluler rusak.
Alat ini dipasang di mobil berjenis SUV dengan bak terbuka untuk memudahkan mobilisasi. Antenanya mampu mendeteksi korban dan memanfaatkan sinyal telepon seluler korban.
Canggihnya, SJP ini mendukung seluruh instrumen jaringan mobile mulai dari sinyal 2G sampai 5G hingga Wi-Fi. Untuk pasokan listrik, didapat dari tiga skema yaitu genset, baterai aki, dan terakhir tenaga surya yang akan aktif sesuai dengan skenario kondisi yang terjadi di lapangan.
“MCRBS memberikan akses sinyal telekomunikasi nanti bekerja sama dengan operator-operator di Indonesia. Untuk pertama bagi korban meminta bantuan di hari pertama dan kedua. Nah untuk hari ketiga dan seterusnya MCRBS akan terkoneksi dengan seluler publik,” tambah Khoirul.
Lebih Canggih dari Alat BMKG
Patriot-Net dianggap lebih canggih dari alat yang dioperasikan oleh BMKG terutama dari segi pemasangan alat. Sensor Patriot-Net diletakkan secara spesifik di daerah titik kejadian sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.
Selanjutnya dari segi kelengkapan pendeteksian jenis bencana Patriot-Net jelas lebih unggul karena tidak hanya mendeteksi gempa dan tsunami, tetapi juga longsor dan banjir. Keunggulan selanjutnya adalah data yang didapat juga bisa diintegrasikan dengan peralatan yang ada.
“Kemampuan integrasi tak hanya dilakukan ke alat BMKG saja, tetapi juga peralatan lainnya termasuk data dari kampus-kampus yang pernah meneliti,” jelas Khoirul.
Saat ini PATRIOT-Net sudah siap dijual mulai dari paket alat sampai per unit eceran. Paket alat SJM dihargai mulai Rp 246 juta, SJP mulai Rp 301 juta dan paket all in (SJM dan SJP) dihargai mulai dari Rp 580 juta. Apabila ingin membeli all in bisa ditebus mulai dari 800 jutaan.
Terakhir, Khoirul berharap agar seluruh provinsi di Indonesia terutama daerah yang rawan bencana bisa merasakan manfaat Patriot-Net. Terlebih projek ini juga telah dilirik Kominfo untuk membuat roadmap bencana yang ada di Indonesia. Keren sekali ya detikers!
(nah/nah)
Source link