Tel-U Dapat Hibah Gelatik, Begini Sejarah Pesawat Legendaris Tersebut – detikcom
Telkom University (Tel-U) mendapat hibah pesawat Gelatik dari Marsekal Pertama TNI (Purn) Sardjono. Penerimaan tersebut diwakili oleh Dekan Fakultas Ilmu Terapan (FIT), Angga Rusdinar, dalam acara serah terima di Gedung Selaru FIT Telkom University, Jumat lalu (14/10).
Penerimaan hibah tersebut tertuang dalam Perjanjian Kerja Sama antara Fakultas Ilmu Terapan dan Marsma TNI (Purn) Sardjono, nomor 316/SAM4/IT-DEK/2022. Pada perjanjian tersebut FIT menerima hibah berupa satu unit pesawat jenis PZL-104 WILGA 35 Gelatik tahun 1968.
Angga menyampaikan bahwa pesawat ini nantinya akan digunakan untuk mengembangkan riset dalam pengembangan Avionics (Avionik) sekaligus pelatihan sertifikasi dari Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pesawat ini ada di FIT dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh Fakultas untuk bersama-sama melakukan research group khususnya dalam pengembangan avionic, dan mohon doa dari seluruh sivitas akademika mudah-mudahan kedepannya akan ada S2 Terapan Avionik,” ujarnya dalam keterangan yang diterima oleh detikEdu pada Senin (17/10/2022).
Rektor Telkom University, Adiwijaya mengatakan hibah ini merupakan stimulus bagi sivitas akademika Tel-U untuk terus mengembangkan riset dan inovasinya dalam bidang avionik, sehingga hasilnya nanti dapat memberikan manfaat untuk Tel-U dan masyarakat Indonesia.
Adapun Sardjono mengungkapkan pesawat Gelatik banyak digunakan di bidang pertanian untuk pemberantasan hama dan penyebaran pupuk. Selain itu, pesawat ini mampu terbang hingga 4000 meter dengan waktu tempuh mencapai 3-4 jam.
Pesawat ini juga menjadi salah satu bagian sejarah kedirgantaraan Indonesia. Gelatik merupakan salah satu tipe pesawat pertama yang diproduksi oleh Indonesia melalui IPTN.
Lantas, bagaimana awal mula kemunculan Pesawat Gelatik?
Dikutip dari buku Nurtanio Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia karya JMV Soeparno, pesawat Gelatik adalah pesawat PZL-104 Wilga buatan Polandia yang dimodifikasi dan kemudian diproduksi sendiri di Indonesia.
Pesawat PZL-104 Wilga merupakan jenis pesawat bermesin tunggal buatan industri dirgantara Polandia, Panstowe Zaklady Lotnicze (PZL) dengan kapasitas empat orang. PZL-104 Wilga termasuk pesawat Short Take Off Landing, yang berarti tidak membutuhkan landasan pacu yang panjang.
PZL mulai memproduksi pesawat ini pada 1961. Adapun pesawat PZL-104 yang diproduksi di Indonesia kemudian dikenal dengan nama Gelatik. Gelatik ini merupakan nama pemberian dari Presiden Sukarno.
Seperti dikutip dari e-Journal Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dengan judul Dinamika Industri Pesawat Terbang Indonesia Tahun 1966-1998 yang disusun oleh Ageng Dwi Prastyawan, pada 20 September tahun 1961, tercapai sebuah kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Polandia yang bertujuan membangun industri pesawat terbang skala kecil di Bandung.
Meski kecil dapat dipastikan industri tersebut dapat memproduksi pesawat secara lengkap. Pemerintah Indonesia diwakili oleh Lembaga Persiapan Industri
Penerbangan (LAPIP), sedangkan Polandia diwakili oleh CEKOP.
CEKOP memberikan bantuan kepada LAPIP bernilai sekitar USD 2.500.000 yang akan dikembalikan secara bertahap dalam jangka waktu sepuluh tahun. Bantuan tersebut bukan merupakan uang tunai, melainkan modal pokok dari sebuah industri, yaitu skill.
Salah satu bantuan yang akan diberikan CEKOP berupa material dan teknis terhadap LAPIP untuk memproduksi 50 pesawat ringan serba guna PZL-104 Wilga.
Nama Wilga yang digunakan CEKOP diambil dari nama burung yang berada di Polandia. Saat LAPIP mulai memproduksi pesawat tersebut, Presiden Soekarno menggantinya dengan nama Gelatik.
LAPIP memproduksi pesawat Gelatik sebanyak 40 unit, pesawat latih “Belalang 90” sebanyak 8 unit, dan helikopter sebanyak 3 unit, sebagaimana tersemat dalam Daftar Arsip Statis PT IPTN 1950-1988.
Pada Gelatik, dipasangkan alat penyemprot otomatis yang mampu menyemprot dengan sistem ultra low volume dengan spray time selama 30 menit lebih.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, pesawat Gelatik umumnya digunakan untuk menyemprot pupuk maupun pestisida di lahan pertanian. Bahkan, pesawat ini juga dijadikan sebagai transportasi ringan di daerah terpencil serta pesawat ambulans.