Telkom University Gelar Pameran dan Pagelaran Busana Secara Daring
Bandung –
Mahasiswa Program S1 Kriya Tekstil dan Fashion Telkom University menggelar pameran dan pagelaran busana tahunan dalam acara SWASTAMITA.
Dalam kegiatan ini dipamerkan karya kriya, aksesoris dan busana terbaik dari perkuliahan Studio dan Tugas Akhir mahasiswa Program Studi S1 Kriya Kriya Tekstil dan Fashion pada periode tahun 2020-2021.
Karena masih dalam situasi pandemi COVID-19 kegiatan SWASTAMITA yang sudah berjalan empat tahun ini digelar secara virtual. Seperti diketahui, sebagai perguruan tinggi swasta nomor satu di Indonesia Tel-U terus menciptakan karya-karya kreatif yang beragam.
“Program Studi S1 Kriya Tekstil dan Fashion sebagai bagian dari Telkom University berupaya agar dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, berkesinambungan dengan program pemerintah,” kata Koordinator SWASTAMITA 2021 Sigit Ramadhan dalam virtual meeting, Kamis (14/10/2021).
Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dan hari ini masuk dalam hari kedua. Sigit menyebut, pada sesi hari kedua ini, sebagai pendamping pameran karya dan pagelaran busana, SWASTAMITA 2021 turut menyajikan creative talk dengan topik bahasan Inovasi Sosial pada Komunitas untuk Pengembangan Produk.
“Pemilihan topik ini sejalan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs) PBB yang mana program ini juga menjadi perhatian dan fokus Pemerintah Indonesia,” ungkapnya.
Dosen prodi S1 Kriya Tekstil & Fashion, Telkom University Morinta Rosandini menyebut, seorang desainer harus memiliki kepekaan terhadap berbagai isu global.
“Seorang desainer perlu memiliki kepekaan terhadap berbagai isu global antara lain isu mengenai lingkungan, kemiskinan, gender,dan lain sebagainya yang tertuang pada program SDGs,” ujarnya.
Sementara itu, pembicara creative talk SWASTAMITA 2021 #Day 2 Gamia Dewanggamanik menyebut, peneliti dan PhD candidate harus fokus mendalami area pengembangan desain produk berbasis social community development.
“Ketika kita bicara mengenai desain dalam konteks inovasi sosial, artinya desain tersebut merespon berbagai masalah sosial, ekonomi, lingkungan dan secara bersamaan mampu berkolaborasi dengan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada,” tuturnya.
“Seorang desainer tidak semata-mata memaksakan suatu ide baru tanpa mengukur kemungkinan impact-nya ke depan,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan pada dasarnya, desain memiliki peran yang lebih dalam, luas, dan holistik. Tidak hanya berkutat di area estetika dan pasar. “Sudah saatnya seorang desainer mengupayakan agar desain produk yang dibuat lebih memiliki impact positif bagi masyarakat,” ujarnya.
(pal/pal)