PrestasiTelkom UniversityUniversitas di Bandung

Alat Pendeteksi Bencana Alam ala Telkom University – detikJabar

Wilayah Indonesia, khususnya Jawa Barat kerap menjadi potensi bencana. Bencana tersebut di antaranya gempa bumi, longsor, banjir, hingga tsunami.
Melihat hal itu, dosen dan mahasiswa Telkom University melahirkan inovasi alat pendeteksi kebencanaan yang diberi nama PATRIOT-Net (Prevention and Recovery Networks for Indonesia Natural Disasters based on Internet-of-Things).
Rektor Telkom University Adiwijaya mengatakan alat tersebut berbasis Internet-of-Things (IOT). Sehingga bisa melakukan pencegahan saat terjadi bencana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Jadi bisa ada pencegahan dan penanggulangan recovery dari adanya bencana yang sering terjadi di Indonesia,” ujar Adiwijaya kepada awak media, Selasa (14/2/2023).
Pihaknya menjelaskan beberapa wilayah Indonesia kerap terjadi bencana. Makanya hal tersebut perlu dilakukan adanya antisipasi.
“Kita tahu Indonesia adalah ring of fire dan kita perlu antisipasi itu semua. Alhamdulilah hasil riset yang dipimpin oleh Prof Khoirul Anwar,” katanya.
Dia mengungkapkan alat tersebut didanai langsung Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Menurutnya hal tersebut bisa segera disebarluaskan.
“Ini adalah produk yang didanai oleh LPDP sebesar Rp 4,5 miliar. Sudah bisa dikomersialisasi insya Allah bermanfaat dan membawa keberkahan untuk indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Tim Riset Prof Khoirul Anwar mengungkapkan alat tersebut hanya satu buah. Namun terdapat beberapa sensor untuk antisipasi bencana.
“Untuk alat Patriot ini alatnya satu, cuman device-nya ada lima, dari satu sampai empat itu sensor monitoring bencana seperti, longsor, banjir, gempa, dan tsunami. Jadi empat yang kita launching sekarang bagian dari early warning system,” katanya.
Khoirul menyebutkan alat yang kelima merupakan Mobile Cognitive Radio Base Station (MCRBS). Alat tersebut diturunkan saat bencana telah terjadi.
“Jadi alat yang memberikan layanan 2G, 4G dan 5G, dan WiFi. Untuk device yang tidak ada seluler wifi akan kita bantukan juga,” bebernya.
Dia menuturkan untuk mengetahui lokasi yang terdampak yaitu menggunakan scanning antena. Namun selebihnya bisa menggunakan telepon.
“Sangat membantu untuk korban terluka bencana yang tidak bisa berjalan sendiri atau kejatuhan kayu besar. Kemudian kita mendeteksi dan mereka bisa call saya misal kejatuhan kayu besar dan kita bisa langsung menuju lokasi,” ucap Khoirul.
Khoirul menjelaskan cara kerja sensor alat tersebut terdapat beberapa tipe. Salah satunya adalah sensor untuk mendeteksi getaran.
“Langsung kita mengkonversi ke skala liter tapi kita ikuti dari bmkg juga untuk gempa,” kata Khoirul.
Menurutnya jika untuk bencana tsunami bisa melakukan deteksi surutnya air laut. Kemudian diletakkan di tengah laut.
“Karena komunikasi di tengah laut lumayan mahal. Telkom bersedia membantu kalau mau kita membuat di tengah laut. Tapi kita sekarang menerapkan dipinggir Untuk tsunami kita mendeteksi tiba-tiba surutnya air,” ungkapnya.
Sementara untuk bencana longsor, cara mendeteksinya ada dua. Sehingga jika terjadi pergeseran tanah langsung bisa terdeteksi.
“Jadi setiap detik disampaikan kalau posisinya sama tidak ada longsor. Tapi jika ada geser-geser sedikit itu akan diinformasikan potensi terjadinya longsor,” bebernya.
Kemudian untuk bencana banjir, alat itu bisa mendeteksi ketinggian air. Alat tersebut bisa memberikan informasi jika air melebihi ketinggian.
“Kalau melebihi ketinggian tersebut akan kita berikan warning,” kata Khoirul.
Dia menambahkan dari beberapa bencana tersebut nantinya akan masuk ke aplikasi. Kemudian terdapat informasi mengenai alat-alat tersebut.
“Dan bisa mendeteksi sensor mana yang rusak mana yang baik. Ada notifikasinya dan langsung didatangi,” ungkapnya.
Khoirul mengungkapkan alat-alat tersebut telah dilakukan ujicoba terlebih dahulu. Ujicoba tersebut dilakukan di beberapa kota di Indonesia.
“Sudah diuji coba di Padang dan Bandung. Request dari LPD untuk Bandung dalam melihat kekuatan, kita pasang di sungai Citarum dan sampai sekarang masih ada,” kata Khoirul.
Khoirul menjelaskan ke depannya akan memberikan sensor tambahan. Terutama untuk pendeteksi angun dan kebakaran.
“(tambahan) Angin, kalau di Jabar akan kita tambahan sensor dan kasih notifikasi nanti kita akan masukan ke aplikasi,” bebernya.
“Dan untuk kebakaran, bayangan saya sekarang nanti sensornya kemungkinan akan kita taro di jalan dan mensensor panasnya tinggi kita akan pasang. Itu yang kita bayangkan,” pungkasnya.

source

PuTI

https://it.telkomuniversity.ac.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button