Nezar Patria Kuliah Umum di Telkom University Purwokerto

Banyumas, IDN Times – Aula virtual Telkom University Purwokerto agak berbeda dari hari biasanya pada Kamis (22/5/2025), Lebih dari 100 peserta dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, dosen, hingga kepala dinas, dan akademisi mengikuti kuliah umum yang tak hanya bicara soal teknologi, tapi juga tentang masa depan adaptasi perubahan.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, membuka kuliah umum secara langsung saat berada di Jayapura menyebut bahwa perguruan tinggi harus menjadi motor penggerak dalam pengembangan AI di Indonesia.
“AI bukan lagi sesuatu yang futuristik, Ia telah hadir di ruang-ruang kelas, membantu dosen mengajar, memberi umpan balik kepada mahasiswa, dan bahkan menyusun kurikulum secara dinamis, dan AI buka hanya tren namun disebut telah menjadi pondasi baru dalam dunia pendidikan tinggi,”jelasnya.
Baca Juga: Pengurus KONI Banyumas 2025-2029 Dilantik, Ini Daftar Lengkapnya
1. Antara peluang, tantangan, dan masa depan
Ditambahkan Nezar, AI yang mulai diterapkan di banyak kampus dapat membantu menciptakan sistem pembelajaran yang personal, adaptif, dan lebih efektif karena mampu memberikan feedback secara realtime melalui intelligent tutoring system dan learning analytics konsep yang dahulu hanya menjadi wacana futuristik.
Namun di balik potensinya yang besar, pemanfaatan AI juga memerlukan fondasi yang kuat. Nezar menyebut pemerintah sedang menyusun peta jalan nasional AI, lengkap dengan dukungan infrastruktur digital, regulasi, serta penguatan sumber daya manusia.
Dalam waktu dekat, draft Peraturan Presiden (Perpres) tentang pengembangan AI juga tengah dipersiapkan. “Semua ini bertujuan membangun ekosistem AI yang menyeluruh, tak cukup hanya pemerintah, namun kampus dan industri juga harus terlibat aktif, dan koneksi lintas sektoral untuk mempercepat inovasi,”tandasnya.
2. Puncak disrupsi, tiga kekuatan teknologi
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Sedangkan Prof. Dr. Suyanto, S.T., M.Sc., Rektor Telkom University, memaparkan pandangan futuristik tentang tantangan teknologi hingga tahun 2030 mendatang. Menurutnya, dunia akan menghadapi puncak disrupsi teknologi saat tiga kekuatan besar bersatu AI generasi keempat, jaringan 6G, dan komputasi kuantum.
“Ini bukan sekadar revolusi teknologi, tapi revolusi peradaban. Tiga teknologi super cerdas, super cepat, dan super kuat akan muncul bersamaan, sehingga butuh talenta yang tidak hanya unggul teknis, namun juga memiliki empati, karakter, dan daya tahan terhadap perubahan ekstrem,”jelasnya.
Dijelaskan bahwak di Telkom University, telah disiapkan kurikulum literasi teknologi yang ada sejak tahun pertama mahasiswa masuk. Proses seleksi mahasiswa juga diarahkan untuk mendeteksi potensi adaptasi terhadap perubahan teknologi.
“Di tahun pertama, mahasiswa dibekali kemampuan membaca, menulis, dan storytelling yakni kemampuan dasar untuk membangun literasi digital yang bertanggung jawab, Kalau AI bisa menulis, maka manusia harus bisa menulis dengan makna, Kalau AI bisa berpikir cepat, maka manusia harus berpikir kritis,”ujarnya.
3. Perlunya infrastruktur digital
Lebih Jauh Prof. Suyanto menekankan ditengah semangat membangun ekosistem AI, tantangan tetap membayangi dalam proses peningkatan inovasi. Banyak kampus di daerah belum memiliki infrastruktur digital yang memadai. Keterbatasan sumber daya manusia juga menjadi kendala utama, apalagi jika AI masih dianggap sekadar alat bantu teknis, bukan sistem yang menyentuh seluruh aspek akademik.
Namun menurutnya, pertemuan seperti kuliah umum ini menjadi titik terang, setidaknya telah terjadi pertemuan pikiran antara pemerintah, akademisi, dan praktisi teknologi. Kolaborasi menjadi kata kunci, bukan hanya untuk menyambut masa depan, tetapi untuk membentuk masa depan itu sendiri.
Kuliah umum ini diselenggarakan atas kerja sama Telkom University dengan INDOCEISS (Indonesian Computer Electronics and Instrumentation Society) dan dihadiri berbagai pemangku kepentingan di wilayah Banyumas. “Sebagaimana AI terus belajar dari data, maka bangsa ini juga harus terus belajar dari peluang, tantangan, dan perubahan zaman,”pungkas Suyanto mengakhiri obrolan dengan IDN Times.