Cara Mahasiswa Tel-U Lawan Disinformasi Politik Jelang Pemilu 2024 – detikJabar
Arus informasi bakal kian deras di media sosial menjelang Pemilu 2024. Tidak menutup kemungkinan informasi bohong atau hoaks akan beredar saat pesta demokrasi tersebut.
Mengantisipasi adanya hoaks di masyarakat, para mahasiswa Telkom University (Tel U) prodi Ilmu Komunikasi kompak melawan adanya disinformasi politik. Komitmen perlawanan tersebut tertuang dalam aksi tanda tangan dari sejumlah mahasiswa.
Aksi para mahasiswa tersebut dilakukan sebelum melakukan diskusi bersama para narasumber. Para peserta dan para narasumber dipersilakan melakukan tanda tangan melawan Disinformasi politik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanda tangan tersebut dilakukan pada sebuah media spanduk kosong. Kemudian spanduk tersebut dipajang di dalam area diskusi.
Ketua Pelaksana kegiatan, Amatun Mardiyah mengatakan tujuan dengan adanya kegiatan tersebut adalah supaya mahasiswa bisa menjadi pemeran utama dalam menangkal disinformasi atau hoaks. Makanya para mahasiswa melakukan deklarasi menangkal hoaks.
“Tadi ada deklarasi melawan disinformasi politik. Dengan adanya tanda tangan oleh pihak pemerintahan yang diwakili oleh Jabar Saber Hoaks. Ada perwakilan kampus oleh wakil dekan dan para mahasiswa,” ujar Mardiyah, kepada detikJabar, Senin (18/12/2023).
Setelah melakukan deklarasi tersebut, para mahasiswa langsung melakukan sesi diskusi bagaimana cara menangkal hoaks. Kata dia, para mahasiswa yang mayoritas generasi Z bisa memerangi hal tersebut.
“Harapannya generasi Z bisa berpikir kritis dalam memerangi disinformasi Politik. Karena menurut data riset 55 persen pemilih nanti di tahun 2024 merupakan anak muda, terutama generasi Z,” katanya.
“Peran mahasiswa dalam menangkal disinformasi adalah pertama bisa memverifikasi kembali berita atau informasi sebelum membagikan. Lalu sebetulnya bisa mengurangi dari dampak disinformasi,” tambahnya.
Sementara itu dalam diskusi tersebut menghadirkan pemateri dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat, Jabar Saber Hoaks dan Koordinator Wilayah Mafindo Bandung Periode 2019-2022.
Divisi Teknis Penyelenggaraan KPU Jawa Barat, Adie Saputro mengungkapkan Disinformasi biasanya mengarah ke kelompok rentan. Kata dia, terutama kepada para pemilih pemula.
“Pemuda di daerah yang tidak mengenyam pendidikan sering mudah mendapatkan informasi tidak sesuai fakta,” kata Adie, saat memberi pemaparan dalam diskusi tersebut.
Adie menjelaskan disinformasi juga kerap terjadi saat pada tahapan Pemilu. Salah satunya adalah saat debat Capres beberapa waktu silam.
“Kemudian disinformasi teknis kepemiluan. Bagaimana pemilu setiap tahapan ada teknis tahapan. Ini selalu menarik bagi kelompok penyebar disinformasi,” bebernya.
Pihaknya mengaku mempunyai beberapa strategi dalam menangkal hal tersebut. Salah satunya adalah terus menggencarkam sosialisasi kepada para pemuda terutama pemilih pemula.
“Terus kita juga menjalin koordinasi dengan stakeholder yang ada untuk memahami konteks regulasi tahapan pemilu yang ditetapkan KPU RI. Diharapkan stakeholder bisa paham,” ucapnya.
Ketua Jabar Saber Hoaks, Alfianto Yustinova menyebutkan disinformasi saat ini kerap terjadi melalui konten di sosial media. Bahkan kata dia, beberapa tayangan di youtube pun mengandung hoaks.
“Hoaks biasanya di youtube, dan utamanya di thumbnailnya suka beda dengan isi video. Jadi thumbnail nya apa, isinya apa. Nah itu salah satu hoaks saat ini,” kata Alfianto.
Menurutnya saat ini banyak konten atau video-video lama muncul kembali. Hal tersebut dilakukan saat masa-masa menjelang Pemilu 2024.
“Banyak HLBK, Hoaks Lama Bersemi Kembali yang diangkat lagi oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Ya itu mungkin supaya pemilu tidak kondusif,” ungkapnya.
Alfianto menjelaskan biasanya hoaks tersebut menyerang beberapa kategori. Salah satunya adalah partai politik dan peserta pemilu.
“Terus ada yang menyerang penyelenggara pemilu, menyerang ke Aparat Penegak Hukum. Strategi kami edukasi digital. Kita harus mengcover 58 juta masyarakat Jabar,” kata Alfianto.
Koordinator Wilayah Mafindo Bandung Periode 2019-2022, Hadi Purnama mengingatkan para mahasiswa untuk tidak menggampangkan pemilu dan pencoblosan. Pasalnya para capres dan cawapres tersebut nantinya akan memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
“Masalah yang akan Gen Z hadapi yang paling konkrit adalah soal global warming. Sekarang cuaca udah kacau. Kita harus memilih baik di parlemen atau presiden dan wapres yang menurut kita baik,” kata Hadi.
Dia menambahkan adanya hoaks diakibatkan adanya pemahaman ideologi yang berbeda. Kemudian hal tersebut bisa menjadi pekerjaan yang mengahasilkan.
“Hoaks politik biasanya ada beberapa faktor, ideologi, ekonomi. Nah mereka bisa meraup cuan dari itu. Tapi kita jangan ke arah sana. Lebih baik kita fokus dalam menangkal hal tersebut,” pungkasnya.