PrestasiTelkom UniversityUniversitas di Bandung

Urban Village 2022 Telkom University, Mempopulerkan Desa dengan Konsep Kekinian – TIMES Indonesia

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Menjadi mahasiswa tentu tidak sekadar hadir di ruang kuliah, mengikuti ujian lalu lulus menjadi sarjana. Akan tetapi, mahasiswa juga memiliki peran penting lain. Salah satunya dalam melestarikan budaya nusantara dan kearifan lokal. Itu disadari oleh Telkom University.
Hal itu pula yang mendasari para mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Telkom University dalam penyelenggaraan acara Urban Village setiap tahunnya.
Martina Kusuma, Project Manager Apik’Uncang yang juga mahasiswi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis Telkom University menjelaskan jika mereka melakukan kampanye Apik’Uncang, mengenalkan alat musik Bangkong Reang.
Ia mengaku dalam prosesnya, memang mengalami beberapa kendala. Yang dirasakan pertama kali karena mereka kurang mengenal daerah di sekitar kampus, kurang mengenal daerah di Bandung juga.
Urban-Village-2022-2.jpgMartina Kusuma, Projects Manager Apik'Uncang (Foto: Dokumen pribadi)
"Jadi ketika merencanakan acara ini, kita juga lagi mencari tempat yang bagus untuk melakukan kampanye, tempat yang ramai dengan orang-orang Bandung," jelas Martina.
Alat musik Bangkong Reang, lanjut Tina, adalah kebudayaan Desa Lebakmuncang, yaitu mereka masyarakat bertani atau berkebun.
"Bangkong Reang itu alat musik dari bambu yang kalau dipukul itu suaranya seperti bangkong/kodok. Nah itu gunanya untuk mengusir hama yang berada di lahan sawah atau perkebunan," tutur Tina. 
Dalam merumuskan konsep dan ide tentang Apik’Uncang ini, dirinya mengalami sedikit kesulitan dalam konsolidasi rekan dan tim.
"Awalnya kami berkomunikasi via online. Setelah bisa berkuimpul secara offline, kami bisa lebih melakukan brainstorming, banyak diskusi dan bantuan dari tim dosen juga, ada Bu Ella, Pa Arie, Bu Anggian, yang selalu memberikan saran ketika kami ada kendala," tutur Tina. 
Tina juga menjelaskan, alat musik Bangkong Reang tersebut memang asli dari Desa Lebakmuncang. "Sekarang alat musik tersebut telah mendapat hak cipta juga dan menjadi alat musik identik dari desa tersebut," tutur Tina. 
Makanya, lanjut Tina, tujuan dari penyelenggaraan Urban Village ini adalah untuk melestarikan alat musik tersebut agar semua orang tahu bahwa alat musik Bangkong Reang ini unik. 
Sebagai sarana penyebaran informasi tentang Bangkong Reang ini, pihaknya menggunakan media sosial.
"Untuk mengenalkan alat musik Bangkong Reang ini secara luas, membuat video-video yang melibatkan pemerintahan seperti kepala desa dan lembaga pariwisata agar bisa menjangkau lebih luas lagi, tidak hanya menjangkau Bandung, tetapi se-Indonesia juga jadi lebih tahu," papar Tina. 
Urban-Village-2022-3.jpgFoto bersama teman teman mahasiswa mahasiswi Telkom University Ilmu Komunikasi & Bisnis (Foto: Dokumen pribadi)
Kemudian, kata Tina, media literasi yang digunakan selain video dari Village Overview, ada juga jingle dan radio serta akan ada podcast. Kegiatan ini baru pertama kali dijalankan dan kendala terberat dari kegiatan ini adalah me-manage secara keseluruhan.
"Karena ini memang luas banget dan target kita juga besar, perlu benar-benar teliti di setiap tahapannya biar tak ada yang keteteran, biar semuanya bisa selesai sesuai dengan rencana," jelas Tina. 
Salah satu cara agar koordinasi berjalan baik, Tina dan timnya sering berdiskusi baik secara online maupun offline. "Kelemahan pertemuan secara online, banyak teman jika diajak ngobrol kurang responsnya. Berbeda bila dilakukan pertemuan secara offline," tutur Tina. 
Justru dengan pertemuan offline, kata Tina, mereka bisa mendapat suasana yang sama dengan anggota tim untuk bisa diajak diskusi dan lebih solid.  "Kami beruntung, ilmu komunikasi yang didapat selama ini dari para dosen, semuanya secara keseluruhan dapat diaplikasikan,"ulas Tina. 
Tina mengaku kesulitan dalam berbahasa Sunda karena ia memang bukan orang Sunda. Jadi ada teman-teman yang mengerti bahasa Sunda yang membantu menjadi komunikator saat berkunjung ke desa yang mayoritas bahasa Sunda-nya kental banget.
"Namun bahasa Indonesia mereka kurang lancar. Nah, teman-teman dari tim kami ini yang menjadi menjembatani alur komunikasinya jadi lebih baik dan mudah dipahami," jelas mahasiswa Telkom University ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.
Selengkapnya
Copyright 2014-2023 TIMES Indonesia. All Rights Reserved.
Page rendered in 1.414 seconds.
Running in Unknown Platform ❤️ TIAC

source

PuTI

https://it.telkomuniversity.ac.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button