Sah! Erick Tunjuk Eks Pejabat Telkom Jadi Bos BUMN 'Si Unyil' – CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Badan Usaha Milik Negara mengangkat Dwi Heriyanto menjadi Direktur Utama Perusahaan Umum Produksi Film Negara. Pengangkatan itu diketahui dari unggahan akun Instagram resmi perseroan @studiopfn yang dikutip CNBC Indonesia, Sabtu (20/11/2021).
Dwi, yang sebelumnya menjabat sebagai VP Human Capital Strategic Management Telkom Indonesia, menggantikan Judith J. Dipodiputro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikutip dari akun Linkedin pribadinya, Dwi merupakan alumni Teknik Industri Universitas Indonesia (1990). Kemudian titel magister manajemen telekomunikasi didapat dari kampus yang sama pada tahun 2000. Setelah itu, Dwi meraih gelar doktor di bidang manajemen bisnis di Universitas Padjajaran (2018).
Sejumlah amanah pernah diemban Dwi selama di Telkom Group antara lain GM Kandatel Solo (2007-2010), Direktur Marketing PT Administrasi Medika (anak usaha Telkom) (2011-2013), Komisaris di Telkomedika (2013-2017), Komisaris di Infomedia Nusantara (2017-2019), VP Human Capital Development (2018-2019) hingga VP Human Capital Strategic Management.
Dalam sejumlah kesempatan, Erick mengungkapkan Kementerian BUMN menyiapkan rencana khusus untuk PFN. Misalnya saat menjadi pembicara dalam Rapat Kerja Nasional Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di Kempinski Hotel, Jakarta, Jumat (5/3/2021).
“Kita tidak mau menjadi menara gading dan pesaing industri. PFN kita nggak mau, dengan kondisi industri perfilman Indonesia saat ini, industri konten lagi berat karena Covid-19, bioskop tutup, PFN kita sedang coba ubah jadi lembaga pembiayaan film dan konten. Karena kalau PFN-nya bikin film juga sama aja bohong,” ujar Erick.
Namun demikian, dia bilang kalau sinergisitas PFN sendiri harus didukung oleh BUMN lainnya. Contohnya PT Telkom.
“Karena sekarang eranya sudah Netflix, Disney Hotstar, apalah semua. Media juga berubah, radio juga berubah, ada clubhouse,” ujar Erick.
“Nah di sini saya sudah bilang sama PFN, kadang-kadang BUMN ini juga kalau dikasih kesempatan dia pikir pengen jadi raja sendiri, saya bilang no, anda lembaga pembiayaan, anda harus sinergi dengan komunitas-komunitas yang ada di Indonesia, yang biasa bikin film atau konten,” lanjutnya.
Tetapi, lanjut dia, ada market driven-nya, yaitu distribusi dan pembelian oleh Telkom. Karena kalau tidak, menurut Erick, tidak akan balik modal.
“10 kali bikin film, 9 gagal, 1 untung. Mana ada bank yang mau biayain? Hal-hal ini kita coba insurance tadi dengan ekspansi pasar, infrastruktur yang ada di Telkom, Telkomsel,” ujarnya.